Apakah kamu sadar? Meski terlihat kecil dan tak berarti, sedotan plastik memiliki dampak negatif yang begitu besar jika tidak dipergunakan secara bijak. Terbukti secara nyata bahwa hampir di setiap tempat yang menyajikan minuman pasti disajikan pula sedotan plastik. Seperti rumah makan, pedagang kaki lima, supermarket, bahkan di rumah pun ada yang menyediakan sedotan plastik. Hal tersebut membuat masyarakat terbiasa menjadikan sedotan plastik sebagai alat untuk minum sehari-hari. 

Tapi kamu tahu gak sih kapan awal mula sedotan plastik digunakan? Meskipun para sejarawan tidak yakin tentang peradaban pertama yang menggunakan sedotan, mereka berpendapat bahwa penggunaan sedotan tertua yang dikonfirmasi telah ditemukan di sebuah makam Sumeria Kuno yang berasal dari sekitar 3.000 SM.  Dilansir oleh KOMPAS.com - 3 Januari 1888, sebuah ide membuat sedotan modern dipatenkan di Washington, AS. Jadi bisa dikatakan  selama 134 tahun manusia sudah mulai menggunakan sedotan plastik.

Beberapa sumber mengungkapkan bahwa sampah sedotan plastik masih menduduki peringkat ke-5 penyumbang sampah plastik terbesar di dunia termasuk di Indonesia. Permasalahan sampah plastik ini merupakan permasalahan serius. Pasalnya, rata-rata setiap orang menggunakan sedotan plastik sekali pakai sebanyak 1-2 buah perhari. Bisa dibayangkan berapa banyak manusia yang hidup di bumi dan menghasilkan ribuan sampah sedotan plastik setiap harinya. 

“Because plastic has a lifecycle that extends long after it’s served any function, single-use products often wind up in landfills or, even worse, the ocean.” - Kristin Hunt, Senior Editor at Green Matters

Plastik merupakan material yang tidak bisa menyatu dengan alam. Dengan kata lain, plastik tidak dapat terurai kembali ke alam secara alami. Setelah dibuang, plastik akan terurai menjadi potongan-potongan yang jauh lebih kecil, atau disebut dengan istilah “mikroplastik" - dan ini merupakan ancaman signifikan bagi kesehatan dan kesejahteraan kehidupan laut ketika dibuang ke laut. 

Menurut StrawlessOcean.org, saat ini telah ditemukan penyu dan burung laut dengan plastik di dalam perut mereka. Sementara itu, sebuah studi yang diterbitkan oleh The Proceedings of the National Academy of Sciences memproyeksikan bahwa pada tahun 2050, 99% burung laut akan menelan plastik dan secara global 100.000 mamalia laut mati akibat polusi plastik setiap tahunnya. Masalah ini juga akan mengganggu proses rantai makanan, ekosistem laut yang rusak juga akan merusak ekosistem seluruh permukaan bumi. Air yang kotor dan ikan yang tidak sehat akan membuat manusia terkena dampaknya juga. 

Langkah awal yang bisa kita lakukan adalah dengan berhenti menggunakan sedotan plastik. Sangat sederhana, namun jika dilakukan secara rutin dan serempak akan memberikan dampak yang sangat besar untuk masa depan. “Jika bukan KITA siapa lagi?” memang terdengar sangat klise, tapi memiliki makna yang mendalam. Masa depan membutuhkan kita, bumi butuh kesadaran kita untuk berhenti melakukan hal yang merusak. Oleh karena itu, marilah kita jaga bumi dan makhluk yang ada di dalamnya dengan cara berhenti menggunakan sedotan plastik!